Sabtu, 31 Maret 2012

Diam

Saya masih resah. Entahlah. Padahal kalau saya mau untuk move on, saya pun bisa. Tetapi saya memilih untuk tidak beranjak dari sini, saya memilih untuk berdiam di sini. Sendiri. Berharap semua ini akan kembali seperti sedia kala. Berharap semua ini bisa berjalan seperti biasanya. Saya tidak ingin perubahan ini.
Apa yang saya rasakan bukan hanya sekedar karena saya merasa kehilangan, tapi saya memang benar-benar tidak ingin kehilangan! Setiap orang memang pasti tidak ingin kehilangan hal yang dicintainya, tetapi ini beda. Meskipun ia telah pergi, tetapi saya tidak ingin ikut pergi ke arah yang berbeda. Saya tetap berada di persimpangan ini, hanya diam. Lagi-lagi diam. Tanpa gerak dan suara.
Diam saya bukan bentuk penyerahan saya. Diam saya adalah sebuah penantian yang entah akan berujung atau tidak. Penantian yang entah akan sia-sia atau tidak. Bagaimanapun hasilnya nanti, inilah pilihan saya. Tidak akan membuat saya menyesal telah melakukan penantian yang berkedok diam ini. Karena saya sungguh menyayanginya!

Kamis, 29 Maret 2012

worried!

siang ini aku mencoba menulis di cafe. tujuannya untuk mendapatkan inspirasi. tetapi kesalahan terbesar adalah ketika ke cafe itu bersama dengan orang yang sedang membuat galau hati. bukannya terinspirasi malah makin menye-menye. pikiran melayang kemana-mana. ah! rencana hati ingin bahagia, malah kegundahan melanda.
tak ku sadari, niat membuat karya ilmiah untuk dilombakan menjadi surut. fokus pun susah. di depanku ini ada orang yang membuatku resah.
akhirnya ku urungkan niatku untuk membuat karya ilmiah. dan ku tulis saja postingan ini.
sudahlah. aku memang masih gelisah.

Minggu, 25 Maret 2012

keluhku pada kering!

menyisakan duri, perih.entah harus apa untuk mengobati getir ini. menangis pun aku tak kuasa. mungkin kalau bisa berdarah, hati ini sudah mati kehabisan darah.
ingin aku keluar dari sini. menghilang dari peredaran sejenak. mengasingkan diri, hanya untuk menjernihkan pikiran.
(sial, lagu yg sedang dimainkan malah bilang 'goodbye' mulu! mengerti keadaan sekali!)
kembali lagi pada keluhku.
aku sebenarnya ingin mengikhlaskan yang telah terjadi. namun sungguh berat. merasa masih bisa bertahan dan dibina. merasa masih mampu untuk melanjutkan perjuangan.
tapi ketika ingat apa yang telah kamu lakukan dengannya, tentangnya, aku pun semakin perih. semakin tersayat-sayat dengan dalamnya. 
entahlah. entah. entah. dan entah!! hanya ketidaktahuanku yang tersisa saat ini.
air mata sudah cukup lama tertahan di pelupuk. hanya menunggu jebolnya pembendung yang sudah semakin rapuh.
hujan, cepatlah turun membasahi kering. lalu keluarlah pelangi yang indah. hanya berharap datangnya hujan lah yang dapat kulakukan.

Selasa, 20 Maret 2012

kerinduan pada kawan lama, bukan apa-apa!

malam ini saya seharusnya belajar. namun lagi-lagi otak dan hati saya tidak mendukung. entah karena pikiran yang pergi kemana-mana, atau karena hati yang sedang tidak bersemangat. entahlah. sudah tidak terpikirkan lagi penyebabnya apa.
dan saya mencoba mengalihkan pikiran saya, mencari hiburan di jejaring sosial, namun tidak ada yang menarik. kemudian saya mengirim pesan singkat kepada salah satu kawan lama saya. cukup kesal, karena mendapat balasan yang tidak seperti yang diharapkan. namun tak apalah. yang penting saya tahu apa yang sedang digelutinya saat ini, yaitu melukis. saya selalu salut dan mengagumi kepribadiannya yang kreatif itu. dia yang telah banyak memberikan saya inspirasi, terutama saat masih duduk di bangku sma. dia yang telah mengajarkan saya banyak hal. dia yang dulu selalu berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan saya. dia yang selalu menyuguhkan canda dan tawa ketika saya sedang bersamanya. sungguh saya rindu padanya! namun sayang, dia tak lagi berada dekat dengan saya. dia sudah terlampau jauh. jauh di mata dan jauh di hati.
ini bukan masalah perasaan kelu. yang kurindukan adalah sosoknya yang begitu hangat. bukan dia yang pernah mengkhianati saya. bukan pula tentang masa lalu.
(untukmu yang disana, saya benar-benar rindu kau! saya ingin berbagi cerita dengan kau!)

Minggu, 18 Maret 2012

Restorative justice


Restorative justice atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut keadilan restoratif merupakan suatu jalan untuk menyelesaikan kasus pidana yang melibatkan masyarakat, korban, dan pelaku kejahatan dengan tujuan agar tercapai keadilan bagi seluruh pihak sehingga diharapkan terciptanya keadaan yang sama seperti sebelum terjadinya kejahatan dan mencegah terjadinya kejahatan lebih lanjut. James Dignan, mengutip Van Ness dan Strong (1997), menjelaskan bahwa keadilan restoratif pada mulanya berangkat dari usaha Albert Eglash (1977) yang berusaha melihat tiga bentuk yang berbeda dari peradilan pidana. Yang pertama berkaitan dengan keadilan retributif, yang penekanan utamanya adalah pada penghukuman pelaku atas apa yang mereka lakukan. Yang kedua berhubungan dengan keadilan distributif,  yang penekanan utamanya adalah pada rehabilitasi pelaku kejahatan. Dan yang ketiga adalah keadilan restoratif, yang secara luas disamakan dengan prinsip restitusi. Pandangan keadilan restoratif menekankan pertanggungjawaban pelaku sebagai usaha dalam memulihkan penderitaan korban tanpa mengesampingkan kepentingan rehabilitasi terhadap pelaku serta menciptakan dan menjaga ketertiban umum. Pendekatan keadilan restoratif merupakan suatu paradigma yang bertujuan menjawab ketidakpuasan atas hasil kerja sistem peradilan pidana yang ada saat ini. Pendekatan ini dipakai sebagai bingkai strategi penanganan perkara pidana.
Secara umum, prinsip-prinsip keadilan restoratif adalah membuat pelanggar bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan atas perbuatannya. Memberikan kesempatan kepada pelanggar untuk membuktikan kualitas dirinya. Melibatkan para korban dan pihak-pihak yang terkait di dalam forum sehubungan dengan penyelesaian masalah. Menetapkan hubungan langsung dan nyata antara kesalahan dengan reaksi sosial yang formal.
Dengan adanya keadilan restoratif, memang sangat dimungkinkan terjadinya benturan dengan asas legalitas dan tujuan kepastian hukum. Namun, benturan itu akan teratasi dengan sendirinya ketika penafsiran akan kepastian hukum berupa kepastian hukum yang adil. Titik berat yang menjadi pertimbangan digunakannya keadilan restoratif ini adalah penyidangan perkara kecil yang secara filosofis dan justifikasi kurang layak untuk disidangkan, sehingga cukup dilakukan dengan mediasi saja dalam menyelesaikan masalah. Penal mediasi ini demi hukum dan keadilan yang progresif.

Sabtu, 17 Maret 2012

kekesalan pada ritus!

Mewah itu hedon. Kalimat itu seketika muncul di benak saya ketika saya menghadiri simposium nasional yang diadakan oleh kampus saya. Saya berfikir, apa pentingnya kemewahan dan ritus-ritus dalam acara? Apa pula gunanya hal-hal hedon seperti itu jika ilmu yang disampaikan tidak tertransformasi dengan baik? Sungguh mengecewakan. Kalau bukan karena saya diwajibkan untuk mengikuti acara tersebut oleh dosen saya, saya tidak akan sudi hadir di sana. Selain karena biaya pendaftarannya yang cukup mahal untuk ukuran mahasiswa seperti saya, juga karena acaranya yang tergolong membosankan. Belum lagi orang-orang dan panitianya yang berlebihan.  Yang memberikan kalung bunga untuk penyumbang dana lah, yang menggunakan bahasa berlebihan lah. Benar-benar pemborosan menurut saya, pemborosan kata dan pemborosan waktu!
Pertanyaan saya yang tidak kalah pentingnya adalah, kenapa acara yang sasarannya mahasiswa harus dilakukan di ballroom sebuah hotel? Padahal di kampus saja sudah cukup. Mahasiswa itu tidak perlu yang mewah, yang perlu itu gratisnya! Toh yang penting ilmunya bisa diserap dengan baik. Lagipula, dengan diadakan secara mewah dan ‘gawat’ seperti itu, menyebabkan bahasan yang dibicarakan tidak bisa bebas, pasti ada suatu tekanan untuk bicara hati-hati dan tidak terbuka serta bebas. Mahasiswa pun menjadi bisan, malas, dan garing, bila pembicaraannya dirasa tidak menarik seperti itu. Itulah kenapa saya selalu membenci acara yang terlalu banyak ritus dengan pembukaan dan sambutan-sambutan panjang yang begitu menyita waktu!

Minggu, 11 Maret 2012

opini atas penguasa


Setelah membaca Di Bawah Lentera Merah, saya dapat menyimpulkan bahwa sejak dulu hingga sekarang keadaan Indonesia tidak pernah mengalami perubahan yang signifikan. Kaum kapitalis tetap merajalela dan berkuasa di negeri ini, membuat rakyat sengsara. Dalam hal pendidikan pun sama, rakyat tidak pernah bisa dengan mudah mendapatkan pendidikan yang layak. Hal ini memang sengaja dilakukan oleh penguasa-saya sebut penguasa, bukan pemerintah-, agar rakyat tetap bodoh dan menurut saja dengan apa yang penguasa lakukan. Karena apabila rakyat mendapatkan pendidikan, rakyat akan menjadi pintar dan mengerti, sehingga mereka pun akan dengan sadar memberontak kepada penguasa. Jaminan hidup untuk rakyat hanya menjadi slogan klasik tanpa ada realisasi yang jelas.
Di era sebelum Indonesia merdeka, kaum imperialis menjajah Indonesia dengan kapitalismenya. Mendominankan peran pengusaha dan penguasa, menindas rakyat. Membiarkan rakyat menderita akibat aturan-aturan yang dibuat oleh penguasa. Melihat hal-hal yang seperti itu, kemudian banyak pemuda-pemuda Indonesia yang dengan inisiatifnya melakukan pergerakan-pergerakan untuk melawan kaum penguasa. Mereka melawan kapitalisme dengan sosialisme, dengan asas sama rata sama rasa. Penguasa pun tidak hilang akal dalam mengatasi perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia. Mereka membuat aturan-aturan yang dapat mengebiri pergerakan-pergerakan rakyat tersebut.
Setelah Indonesia merdeka, penguasa pun menjajakan dan mengagung-agungkan demokrasi. Namun lagi-lagi itu hanyalah sekedar slogan belaka tanpa ada aplikasi nyata. Penguasa tetap didominasi oleh kapitalis. Pemodal-pemodal menguasai pemerintah dan hukum. Rakyat tetap sengsara. Dan semakin parah lagi, yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Jurang pemisah pun semakin terjal. Jaminan pendidikan, kesehatan, dan asasi tetap tidak dihiraukan oleh pemerintah. Semua lapisan kehidupan bernegara dipenuhi oleh unsur kepentingan.
Jadi, apa bedanya pemerintah sekarang dengan pemerintah sebelum kemerdekaan? Tidak ada. Mereka sama-sama kapitalis. Mereka sama-sama mendahulukan kepentingan sendiri daripada kepentingan rakyat. Dan mereka sama-sama penjajah!!!!